Tidak ada yang tahu soal ini. Jika saja mau beranggapan orang-orang sudah tahu, tentu yang dilirik hanya perkebunan kelapa sawit saja. Tanah Bengkulu adalah tanah eksplorasi bahan baku minyak yang menggiurkan.
Kalimat terakhir dalam pernyataan di
atas, mau tidak mau, kita bersepakat bahwa elite pertanian Bengkulu selalu
memandang Bengkulu begitu rupa. Sacara faktual dan informatif pemikiran itu
benar. Luas perkebunan kelapa sawit di Bengkulu mencapai >200.000 Ha pada
tahun 2020. Bahkan luas perkebunan kelapa sawit di Bengkulu berkemungkinan
untuk terus-menerus bertambah.
Secara provokatif kita bisa melihat hal
sebaliknya. Meluasnya area perkebunan kelapa sawit belum tentu meningkatkan
perekonomian petani sawit. Petani sawit masih bergantung dengan industri
pertanian lain, seperti pabrik, pupuk, perawatan, dan waktu tunggu kelapa sawit
yang mengalami replanting.
Dalam sudut pandang lain, yang lebih ciamik, potensi areal kelapa
sawit ini dapat menjadi momentum untuk tranformasi pertanian Bengkulu. Dalam
istilah pertanian disebut dengan efisiensi lahan, yaitu memaksimalkan
penggunaan lahan yang ada untuk budidaya. Efisiensi lahan ini dapat dilakukan
dengan metode tumpang sari dan wanatani.
Dapat dibayangkan jika seluruh areal
kepala sawit yang selama ini monokultur disulap menjadi lahan dengan aneka
ragam tanaman. Dengan tidak mengandalkan kelapa sawit semata, lahan tersebut
secara rutin memberikan hasil panen lain, artinya memberikan pendapatan
tambahan untuk petani.
Kami, Arconesia, dengan berkolaborasi dengan petani-petani kecil di Bengkulu, akan melakukan mainstreaming potensi tersebut. Harapannya melalui kolaborasi ini, dampak yang diberikan dapat tumbuh baik dari sisi sosial maupun lingkungan. Hal ini yang menjadi fokus gerakan kami pada pertanian Bengkulu.